Kamis, 25 September 2014

REVIEW ANIME : Barakamon





Menulis kaligrafi di kanvas besar.. Ini susah lho..

Salah satu anime yang saya suka, selain tema ceritanya ringan. Yaitu “kisah tentang seorang kaligrafer muda yang menonjok direkturnya saat pameran kemudian dibuang ke desa untuk merenungi dan menemukan style kaligrafinya sendiri”. Kedengarannya surem ya? Haha.. Sebenernya enggak kok, justru banyak sekali keceriaan dan pelajaran menarik yang ada ketika Handa Seishuu (sang kaligrafer muda) menyepi di Desa. Sebenernya gak bisa disebut sepi sih, gara – gara ada Naru, anak desa yang selalu bermain di rumah yang di kontrak Handa karena Naru dan teman – temannya sudah menganggap rumah itu sebagai himitsu no kichi (markas rahasia) mereka. Awalnya Handa terganggu karena selain suka bikin ribut dan suka ngegoda Handa yang harusnya berlatih kaligrafi, tapi lama kelamaan Handa bisa terbiasa dan menikmatinya. Dan dari sini lah inspirasi – inspirasi kaligrafinya justru bermunculan.


Handa dan Naru
Pertama kali nonton barakamon ini yang terlintas di kepala saya adalah, “Eh.. Ternyata jadi tukang kaligrafi di Jepang itu bisa jadi kerjaan ya? Elit pula kesannya..”. Klo dipikir - pikir Jepang sepertinya memang benar – benar menghargai tradisi dan kebudayaannya ya?. Di anime ini, kita akan dibawa untuk melihat problematika kaligrafer muda professional. Mulai dari sulitnya mencari inspirasi, melukis berkali – kali sampai mendapatkan karya yang memuaskan (sampai ruangan penuh dengan kertas), kerja keras, pertemanan, bagaimana seseorang menikmati pekerjaannya sebagai kaligrafer, sampai bagaimana susahnya mencari tinta di desa. Wkwkwk..

Miwa, Tama dan Naru yang sedang menjajah rumah kontrakan Handa
Selain menampilkan problem – problem si tokoh utama, kita juga bisa melihat kehidupan dan tradisi – tradisi di desa jepang yang masih kental. Seperti tetangga – tetangga yang datang membantu ketika Handa baru pindah, saling mengantar makanan pada tetangga, perayaan perebutan kue mochi yang dilempar dari atas kapal, perayaan obon dengan rame – rame ziarah ke kuburan leluhur atau sanak family kemudian berdoa serta menunggui sampai api di lampion padam, dll. Suasana desanya benar – benar kerasa banget, dan kemungkinan besar suasana seperti itu gak akan bisa ditemukan di kota besar. Oh iya, selain suara Naru yang imut, dialek yang digunakan Naru dan anak – anak kecil lain di Desa itu lumayan unik, entah itu dialek mana saya juga belum nyari tahu. Yang jelas setting tempatnya adalah di Desa Nanatsutake, Kota Fukue, Prefektur Nagasaki, Pulau Kyushu. Bagi yang suka bahasa jepang pasti nyadar kalau dialek mereka tu nggak umum. XD

Kebiasaan saling membantu ketika ada tetangga baru, Handa sempet kaget soalnya yang kayak gini ga ada di kota besar.
 
Waktu acara perebutan kue mochi.
Main petasan dan kembang api di makam, klo di Indo ni anak2 pasti udah di getok warga. XD


Bagi yang suka genre slice of life, komedi, kehidupan desa dan shoudo (kaligrafi), anime ini recommended banget buat ditonton. Kekuatannya bener – bener dari story-nya, bukan dari bumbu – bumbu fanserpis atau gore – gorean seperti yang marak belakangan ini.

SEIYUU

Daisuke Ono sebagai Seishū Handa
Suzuko Hara sebagai Naru Kotoishi
Atsushi Ono sebagai Iwao Yamamura
Fumihiko Tachiki sebagai Wakil Kepala Sekolah (yang hobi mancing itu kali ya)
Hiroshi Ito sebagai Kousaku Kotoishi
Junichi Suwabe sebagai Takasei Kawafuji
Kei Hayami sebagai Tomoko Kido
Kouki Uchiyama sebagai Hiroshi Kido
Megumi Han sebagai Akki (Adiknya Tama)
Nozomi Furuki sebagai Miwa Yamamura
Rina Endō sebagai Hina Kubota
Rumi Ookubo sebagai Tamako Arai 

STAF

Masaki Tachibana sebagai Director
Kazuhiro Wakabayashi sebagai Sound Director
SUPER BEAVER sebagai pengisi Theme Song
NoisyCell sebagai pengisi Theme Song

See you di postingan selanjutnya.. Jaa Matta..

0 komentar:

Posting Komentar